| | 0 komentar

SELAMAT TAHUN BARU ISILAM 1 MUHARRAM 1431 H
Semoga di Tahun Baru yang Baru Terdapat Harapan Baru yang Baik Bagi Kita Semua & Negara Indonesia,amien...
| | 0 komentar

perinatan awal tahun baru hijriyah

| | 0 komentar

Peringatan awal tahun baru hijriyah
Perbuatan bid’ah yang merebak akhir abad-abad ini di pelosok nusantara adalah peringatan awal tahun baru Hijriyah. Peringatan malam tahun baru Hijriyah ini dilaksanakan dengan acara yang berbeda-beda antara satu daerah dengan daerah yang lainnya. Ada yang membuat acara pengajian yang diselingi dengan nyanyian qosidahan, ada yang berkumpul di tempat yang sepi nan sunyi untuk merenungi terhadap amal-amal perbuatan yang telah ia lakukan selama satu tahun, ada di antara kaum muslimin yang berkumpul di masjid jami’ mengadakan acara muhasabah. Prosesi acara tersebut dimulai dari seusai shalat ’Isya dengan diadakan siraman rohani kemudian para peserta tidur, pada sepertiga malam mereka bangun guna melaksanakan shalat malam. Setelah itu, seorang pemandu memberikan wejangan dan petuah hingga sebagian besar para peserta menangis.
Bagaimanakah sebenarnya hukum merayakan atau memperingati tahun baru dalam kalender islam ini dengan mengadakan berbagai macam acara?
Peringatan malam tahun baru Hijriyah merupakan perkara bid’ah dan dilarang dalam agama Islam dari dua sisi:
1. Perayaan malam tahun baru Hijriayah menyerupai tradisi ahli kitab.Agama islam hanya memiliki dua hari raya tahunan, yaitu ’Idul Fitri dan ’Idul Adha. Dari Anas bin Malik radhiallahuanhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu’alaihi wa sallam datang ke Madinah sedang penduduknya memiliki dua hari raya dimana mereka bersenang-senang pada masa Jahiliyah. Maka Beliau shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,”Aku datang kepada kalian sedang kalian bersenang-senang di dalamnya pada masa Jahiliyah. Sungguh Allah telah menggantikan untuk kalian dua hari raya yang lebih baik dari itu: hari raya ’Idul Adha dan’Idul Fitri” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Nasa’i dan Bagowi)
2. Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam dan para sahabatnya tidak pernah melakukannya.Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam diutus oleh Allah subhanahu wata’ala membawa risalah Islam hingga ketika beliau wafat agama Islam telah sempurna tidak ada sisi kekurangan sedikitpun. Tak ada satu riwayat pun, baik yang shahih ataupun dha’if yang mengatakan bahwa beliau shallallahu’alaihi wa sallam merayakan peringatan awal tahun baru Hijriyah. Demikian pula dengan para sahabat, padahal mereka adalah orang yang paling dekat dengan Nabi shallallahu’alaihi wa sallam, paling mengetahui dimana, kapan dan kepada siapa wahyu turun, orang yang paling bersegera dalam perbuatan baik, akan tetapi tak ada satu pun di antara mereka yang merayakan peringatan malam tahun baru Hijriyah.
Pertanyaan serupa pernah dijelaskan oleh Asy-Syaikh Al-’Allâmah Al-Faqîh Muhammad bin Shâlih Al-’Utsaimîn.
Berikut penjelasan Asy-Syaikh Al-’Allâmah Al-Faqîh Muhammad bin Shâlih Al-’Utsaimîn rahimahullahu Ta’ala ketika beliau ditanya tentang permasalahan tersebut. Beliau adalah seorang ahli fiqih paling terkemuka pada masa ini.

sejarah

| | 0 komentar

Tahun Hijriah disebut juga Tahun Qomariyah, adalah sistim penanggalan Islam yang didasarkan atas peredaran bulan [qomariyah]. Penamaan yang lebih populer adalah ‘Tahun Hijriah’. Karena awal tarikh hijriah dihitung dari hijrahnya Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wasallam, dari Mekah ke Madinah. Sedangkan sistim penanggalan yang didasarkan pada waktu perputaran bumi mengelilingi matahari disebut sistim penanggalan Syamsiah atau disebut juga kelender Masehi. Karena didasarkan pada awal kelahiran Isa Almasih.
Hijrah berasal dari kata yang artinya: memalingkan muka dari seseorang dan tidak memperdulikan lagi.Seorang muslim yang terpaksa meninggalkan kampung halaman atau tanah airnya karena agama disebut Muhajir. Yang dianggap hari hijrah ialah hari tanggal 8 Rabi’ul Awwal – 20 September 622M. Penetapan tahun Hijriah dilakukan pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab, Tepatnya pada tahun ke-empat ia berkuasa, yakni hari Kamis, 8 Rabi’ul Awwal 17 H.
Tarikh Islam mulai dihitung dari tanggal 1 Muharram, yaitu 15 Juli 622 M. Menurut perhitungan, tarikh islam kira-kira 11 hari lebih singkat dari tahun menurut perhitungan peredaran matahari. Sedikit informasi untuk menghitung bagaimana tahun hijriah (H) bertepatan atau sebaliknya dengan tahun masehi (M) maka dapat dipakai rumus M = 32/33 ( H+622 ) atau sebaliknya H = 33/32 (M-622).
Sebelum penetapan tahun Hijriah, dari masa ke masa, orang Arab menandai tahun berdasarkan peristiwa-peristiwa penting. Seperti penamaan ‘Tahun Azan’ sebagai tahun pertama, karena pada saat itulah di syari’atkan azan. Atau penamaan ‘Tahun Wada’ yang artinya ‘perpisahan’ sebagai tahun kesepuluh. Sebab pada masa itulah, Nabi melaksanakan ‘haji wada’ yang merupakan haji terakhir sebagai perpisahan dengan kaum muslimin.Ketika Rasulullah lahir, tahunnya dinamakan Tahun Gajah, karena pada tahun tersebut bersamaan dengan terjadinya serangan tentara bergajah yang hendak menurunkan Ka’bah.
Perhitungan tahun qamariah sendiri sudah dikenal jauh sebelum Islam. Satu tahun qamariah lamanya 354 hari,8 jam, 47 menit dan 46 detik. Terdiri dari 12 bulan, masing-masing lamanya 29 hari, 12 jam, 44 menit dan 3 detik. Perhitungan waktu berdasarkan matahari dan bulan disebut dalam Al Qur’an [ QS Yuunus; 10:5] “Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya, dan Dia tentukan perjalannya, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan hisab. Allah menjadikan tidak lain kecuali dengan benar……………….”
Tahun Hijriah terdiri dari 12 [dua belas] bulan dengan jumlah hari 30 dan 29 yang silih berganti setiap bulan. Yakni : Muharram, Shafar, Rabi’ul Awwal, Rabi’ul Akhir, Jumadil Awwal, Jumadil Akhir, Rajab, Sya’ban, Ramadhan, Syawal, Dzulqaidah, Dzulhijjah. Penetapan bulan sebanyak 12 ini, sesuai dengan firman Allah SWT [At Taubah; 9:36] “Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan; dalam ketetapan Allah, sejak hari Dia menciptakan langit dan bumi. Di antaranya empat bulan yang dihormati [ Muharram, Rajab, Dzulqaidah dan Dzulhijjah]. Demikian itulah ketetapan agama yang lurus, …………….”
Wallahu a’lam